Saya baru saja pulang dari penyuluhan packing product untuk pengusaha UMKM, ketika ibu bercerita tentang pencurian handphone di sebuah swalayan. Pelakunya dua orang anak kecil berusia sekitar sepuluh tahun. Kronologinya, korban yang merupakan karyawan swalayan tersebut meletakkan handphone di atas meja. Kemudian saat korban mengecek beberapa produk display, pelaku dengan sigapnya membawa kabur handphone korban. Tidak ada yang menyadari gelagat pelaku karena semua orang sibuk. Kejadian ini baru diketahui setelah korban menyadari kalau handphonenya hilang dan kemudian mengecek cctv.
Saya kemudian teringat kembali
peristiwa pencurian sepeda di perumahan dekat rumah saya. Pelakunya juga dua
orang anak kecil berusia sekitar sepuluh tahun. Parahnya, tindakan pelaku ini
dimotori oleh kedua orangtuanya. Entahlah, yang jelas ada dua orang dewasa yang
bertugas mengelabui satpam dengan berpura-pura mengajak ngobrol satpam. Hal ini
dilakukan untuk mengalihkan perhatian si Satpam yang sedang bertugas saat itu
dari kamera cctv. Meski dilakukan di siang hari, tidak ada satupun yang
menyadarinya. Siapa yang akan mengira, sikap kedua anak ini tampak biasa saja
saat membawa kabur sepeda. Seakan-akan sepeda itu miliknya sendiri.
Saya pun pernah dibuat kesal oleh
tiga orang anak laki-laki. Entah usianya berapa tahun, saya perkirakan sekitar
kelas 1 SMP. Mereka masuk ke sebuah mini market sambil cekikikan. Kemudian
mengambil snack lalu menuju kasir sambil masih cekikikan penuh gaya. Hal yang
membuat saya kesal adalah mereka berdiri di samping saya. Padahal seharusnya
mereka antri di belakang saya. Saya curiga mereka hendak menyerobot antiran
saya. Benar saja, ketika antrian di depan saya sudah selesai bertransaksi,
salah satu dari ketiga anak ini berusaha mendahului antiran saya. Tentu saja
saya tidak terima. Langsung saja saya serahkan keranjang belanjaan saya ke
kasir.
Belum selesai sampai di situ. Setelah
keluar dari mini market, saya lihat mereka berboncengan bertiga dengan satu
motor, sambil menggeber sepeda motornya. Salah seorang yang duduk di tengah pun
membuang sampah bungkus makanan sembarangan dengan santainya. Saya benar-benar
kesal dibuatnya.
Pertanyaan yang kemudian muncul
di kepala saya adalah apakah mereka ini tidak sekolah? Atau mereka membolos di
saat pelajaran agama? Bagaimana pendidikan yang ditanamkan oleh orangtuanya di
rumah? Bagaimana lingkungan sosial tempat tinggal mereka? Darimana mereka
mendapati perilaku menyimpang tersebut? Dan masih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian.
Banyak faktor yang menjadi
penyebab perilaku menyimpang pada anak. Penyebabnya bisa dikarenakan kurangnya
perhatian orangtua kepada anak, faktor lingkungan sosial, trauma psikis, atau
pergaulan di sekolah yang kurang baik.
Saya tidak akan membahasnya
panjang lebar. Semoga Allah mudahkan, Insya Allah di lain kesempatan saya akan
membahasnya lagi dengan perspektif yang berbeda.
Pendidikan etika diterapkan
melalui keteladanan. Anak terbiasa melihat teladan yang baik pada diri
orangtua, maka mereka pun akan berperilaku baik. Anak tinggal di lingkungan
keluarga yang sehat, lingkungan sosial yang positif, maka etika mereka pun akan
terjaga. Anak akan bersikap santun, sopan, ramah, tahu tata karma, dan
menghormati kedua orangtua maupun guru.
Lalu bagiamana caranya
pencegahannya? Ada beberapa alternaif yang bisa dilakukan. Pencegahan sebelum dan sesudah terjadinya perilaku menyimpang.
1. Perbanyak waktu luang dengan anak
Moms and Dads
yang sibuk bekerja dan kurang mempunyai waktu luang bersama menyebabkan anak
kurang perhatian. Anak yang kurang perhatian akan cenderung berperilaku
menyimpang. Hal yang bisa Moms and Dads lakukan adalah jauhkan gadget dan
mulailah membangun hubungan yang hangat dengan anak. Ajak anak bercerita
tentang kegiatan sekolahnya, kegiatan sehari-harinya, atau bercerita tentang
teman sekolahnya. Meski hanya sejam, hal itu cukup membuat anak merasa diperhatikan
oleh Moms and Dads.
Sebelum anak
memasuki usia sekolah, ada baiknya Moms and Dads mengajarkan adab kepada anak. Ada
sebuah cerita, ketika Malik bin Anas akan belajar kepada Rabi'atur Ra'yi.
Ibunya berpesan "Nak, camkan pesan ibu, pelajarilah olehmu adab Rabi'atur
Ra'yi sebelum kau pelajari ilmunya." Adanya perilaku menyimpang
dikarenakan kurangnya menjaga adab.
Jika sudah terjadi
perilaku menyimpang, maka hal yang perlu dilakukan adalah komunikasi dengan
semua pihak. Menjaga komunikasi antara orangtua dan anak, orangtua dan guru di
sekolah, dan dengan pihak yang berwajib jika dirasa perlu dan sudah meresahkan
masyarakat.
Wallahualam. Semoga Allah mudahkan kita semua dalam mendidik anak menjadi manusia yang mandiri dan berakhlak mulia.
#ODOP
#Day6
Posting Komentar
Posting Komentar